Langsung ke konten utama

Efek Dari Salah Membuat Ukuran


اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Alhamdulillah puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala yang menciptakan manusia dan memberi petunjuk berupa Al-Quran dan pada suatu saat kita akan kembali pada-Nya, Sholawat serta salam kita curahkan kepada Rosululloh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan kita berharap ketika kembali kepada Alloh subhanahu wa ta'ala kita adalah orang yang diakui oleh Rosululloh Muhammad shallallahu alaihi wasallam dari sebagian daripada umatnya.

Saudaraku yang dimuliakan Alloh, dikesempatan kali ini kita akan membicarakan kata  yang bisa diartikan indah apabila dipandang sebagai bentuk keindahan tetapi kalimat ini cenderung dibayangkan sebagai sesuatu yang menyakitkan itulah kata KECEWA.

Dan kali ini kita akan membahas mengenai apa si Efek Dari Salah Membuat Ukuran sebab timbulnya rasa kecewa.

Kekecewaan itu tidak berawal dari kesalahan orang tetapi bermula dari cara kita menilai orang lain, kesalahan itu bukan berawal dari kesalahan orang lain tetapi bermula dari kesalahan kita dalam menilai orang lain.

Efek dari salah membuat ukuran adalah muncul sikap berlebihan terhadap orang lain, maka fokus kita pada hal buruk (memvonis, ego terusik, hujatan, menyudutkan, perselisihan, hingga kekerasan dalam rumah tangga) inilah respon yang muncul seiring kesalahan dalam membuat ukuran.

Maka, jalan keluarnya adalah mulai berlatih mengalih fokus keburukan menjadi fokus kebaikan tidak hanya kepada pasangan tetapi kepada semua orang, dari orang tua, anak, bahkan teman jangan dari sisi keburukan walaupun didepan mata kita buruk supaya tidak ada celah bagi kita kecewa pada orang lain.

Mulailah berlatih bersikap baik akan mengundang kebaikan dan sikap buruk akan melahirkan keburukan yang lain.

Setiap persoalan kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan sikap namun sayangnya semua sikap tidak ada yang Free (Gratis / Bebas) pasti ada resiko sampai seorang pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai pun mengandung resiko, cerai secara dhohir iya secara fiqih betul boleh ketika alasannya Syar’i tetapi masih ada yang belum selesai yaitu membuang bekasnya tetap ada resikonya.

Maka fahami lebih jauh tentang perselisihan agar tidak berujung luka.

Perselisihan, perbedaan pendapat meski menyakitkan terkadang adalah awal babak baru dimulainya kebaikan. Ketika suami istri ribut dirumah bisa jadi itu awal dari mendapat kebaikan kedepannya, maka jangan difokuskan pada saat ributnya itu pasti ada kebaikan yang akan dimunculkan.

Meski kebahagiaan itu tidak dirasakan secara langsung oleh orang yang sedang berselisih karena diantara perselisihan itu mungkin adalah perjalanan ketetapan takdir yang Alloh subhanahu wa ta'ala tentukan contoh seperti perselisihan Fir’aun dengan Istrinya (Asiyah) terkait dengan hadirnya musa kecil, ketika Nabi Musa masih kecil ibunya Nabi Musa diperintahkan oleh Alloh untuk menghanyutkan musa ke sungai Nill dan ternyata sungai itu masuk kedalam istana kemudian diambilah oleh Ibunda Asiyah yang melihat Peti yang ternyata isinya anak.

Fitrah seorang wanitanya muncul kemudian diambil dan digendong kemudian disayang kemudian Fir’aun datang melihat anak kecil laki-laki maka ingin dibunuhnya tetapi Ibunda Asiyah mengatakan”Wahai suamiku mudah-mudahan ini menjadi menyejuk mataku” lalu dibantah oleh Fir’aun “iya bagimu tetapi tidak bagiku”

Tetapi ibunda Asiyah cerdas “Paling tidak anak ini menjadi anak kita” disaat itu Fir’aun terdiam karena pernikahan Fir’aun dan Asiyah selama pernikahan belum dikasih anak pada akhirnya Nabi Musa hidup diistana Fir’aun.

Ternyata itu awal perubahan-perubahan yang sampai akhirnya terjadi perkara yang luar biasa di Negeri Mesir berawal dari perselisihan antara suami istri.

Suami istri yang berbahagia itu bukan suami istri yang tidak pernah punya masalah tetapi rumah tangga yang berbahagia yaitu rumah tangga yang penuh dengan masalah kemudian Alloh beri jalan keluar dari masalah itu, hal tersebut bahagianya luar biasa.

Perselisihan bisa jadi sebagai pintu kecil yang menyelamatkan kebaikan yang besar tinggal bagaimana cara kita melihat dan menemukan kebaikan-kebaikan besar dibalik perselisihan.

Yang berikutnya ujung akhir dari setiap perselisihan bukanlah kekecewaan dan trauma namun kekecewaan adalah awal dan fase baru yang bernama penderitaan artinya orang kecewa dan sakit hati itu sesungguhnya perkara ini tidak menyelesaikan masalah tetapi pintu gerbang awal hidup kita dipenuhi dengan penderitaan maka tidak perlu kecewa.

Harapan adalah sesuatu keinginan yang ingin terwujudkan oleh kita berdasarkan ilmu kita yang sangat lemah sedangkan realita adalah perwujudan sesuatu yang berdasarkan ilmu Alloh yang maha sempurna walaupun itu pahit maka yang lebih baik adalah Realita bukan Harapan kita.

Maka jangan kecewa apabila kecewa bahayanya adalah seolah-olah harapan kita lebih baik dari takdir Alloh subhanahu wa ta'ala

Link Video : Efek Dari Salah Membuat Ukuran

SEMOGA BERMANFAAT

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Baitul Maqdis – Akar Krisis Palestina (Part 1)

  Sejarah Baitul Maqdis – Akar Krisis Palestina   اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ Alhamdulillah puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala yang menciptakan manusia dan memberi petunjuk berupa Al-Quran dan pada suatu saat kita akan kembali pada-Nya, Sholawat serta salam kita curahkan kepada Rosululloh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan kita berharap ketika kembali kepada Alloh subhanahu wa ta'ala kita adalah orang yang diakui oleh Rosululloh Muhammad shallallahu alaihi wasallam dari sebagian daripada umatnya.             Saudaraku yang dirahmati Alloh, tentu saja ketika kita dihadirkan atau disodorkan berita-berita mengenai Baitul Maqdis tidak sedikit diantara kita yang merasa bingung, merasa kurang referensi, merasa tidak memiliki banyak informasi tentang kejadian-kejadian yang muncul di Baitul Maqdis, kenapa bisa muncul..?   Karena itulah kami berfikir baik kiranya kami memberikan sebuah sharing tentang

Alasan Kaum Muslimin Tidak Terpanggil Hati Dan Jiwanya

  MENGAPA HARUS PALESTINA اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ Alhamdulillah puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala yang menciptakan manusia dan memberi petunjuk berupa Al-Quran dan pada suatu saat kita akan kembali pada-Nya, Sholawat serta salam kita curahkan kepada Rosululloh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan kita berharap ketika kembali kepada Alloh subhanahu wa ta'ala kita adalah orang yang diakui oleh Rosululloh Muhammad shallallahu alaihi wasallam dari sebagian daripada umatnya. Saudaraku yang dirahmati Alloh. Mengapa Harus Palestina..? Ada beberapa alasan, tidak sedikit kaum Muslimin yang tidak terpanggil hati dan jiwanya disaat banyak saudara mereka yang teraniaya, “mengapa memikirkan yang jauh disana? Disini juga banyak yang menderita” kalimat tersebut sering kita dengar. Ada juga disaat ribuan darah Kaum Muslimin ditumpahkan orang kafir masih sempat mengeluarkan melarang berdemo membela Palesti